Ada sekitar dua minggu kebelakang saya menterapi hypnobekam seorang
klien. Setelah klien saya terapi, ia menceritakan bahwa dirinya belum
lama ini terkena penipuan menggunakan ilmu hypnosis yang melenyapkan
uangnya sebanyak Rp. 20 juta. Karena saya penasaran, benarkah ia terkena
penipuan dengan ilmu hypnosis? Atau hanya kecerobohan saja? Saya lantas
mewawancarainya.
Dari
hasil wawancara saya terhadap beliau, beliau menceritakan kepada saya
kronologis beliau terkena hypnosis. Ceritanya saya kutip sebagai berikut:
Suatu
waktu klien saya di hubungi melalui telepon oleh seseorang yang mengaku
sebagai wali kelas anaknya disekolah. Orang itu menginformasikan kabar
buruk kepada klien saya, bahwa anaknya baru saja mengalami kecelakaan!
Sekarang anaknya sedang di UGD dalam kondisi yang sangat kritis!
Orang
yang mengaku sebagai wali kelasnya itu lantas bilang bahwa anaknya
klien saya ini harus dioperasi secepatnya, dan jika tidak, anaknya klien
saya ini bisa mengalami gegar otak! Dan untuk melakukan operasi, klien
saya diminta mentransfer uang senilai Rp. 20 juta secepatnya untuk biaya
operasi! Dalam obrolan ditelepon itu, ada juga orang yang mengaku
sebagai dokter bedah menguatkan bahwa anaknya memang harus dioperasi
secepatnya dan membutuhkan dana sebesar Rp. 20 juta. Jika transfernya
lambat, anaknya ini bisa gegar otak, kata orang yang mengaku dokter itu,
digagang telepon. Jleger!!!
Klien
saya syok. Beliau mencoba menghubungi HP anaknya itu yang dikabarkan
kecelakaan, tetapi HP anaknya tidak aktif. Semakin menambah keyakinan
klien saya saja bahwa anaknya memang benar-benar kecelakaan. Kemudian
klien saya mencoba menghubungi sodaranya. Dan lagi-lagi HPnya tidak
diangkat.
Dalam kondisi yang
seperti itu, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap
anaknya, uang Rp. 20 juta dipikirnya kecil jika dibandingkan dengan
keselamatan anaknya, akhirnya, dalam kondisi yang tergesa-gesa, klien
saya segera mentransfer uang senilai Rp. 20 juta ke rekening orang yang
mengaku sebagai wali kelasnya itu!
Beberapa
saat kemudian, klien saya seolah baru tersadar, bahwa dirinya
jangan-jangan sedang di tipu orang. Klien saya berangkat kesekolah untuk
memastikan kondisi anaknya. Dan sesampainya disekolah anaknya, klien
saya mengetahui dengan mata kepalanya sendiri bahwa anaknya dalam
kondisi yang baik-baik saja dan anaknya saat itu sedang menjalani ujian!
Jleger…Ternyata benar ia tertipu.
Dari
hasil cerita klien saya ini kepad saya, saya meyakini bahwa penipuan
ini memang menggunakan teknik hypnosis. Sehingga klien saya ini tanpa
pikir panjang langsung mengikuti keinginan si penjahat hypnotis.
Lalu,
dimana letak teknik hypnotisnya sehingga dengan mudahnya korban
mengikuti keinginan penipu hypnotis itu? Bagaimana juga cara mencegahnya
agar kita tidak menjadi korban seperti klien saya ini? Silahkan terus
baca artikel saya ini semoga bermanfaat.
Sebagai praktisi hypnotherapy (terapis yang memanfaatkan ilmu hypnosis untuk terapi/untuk kebaikan), saya merasa terpanggil untuk menulis artikel ini. Agar para pembaca menjadi waspada.
Pengertian
hypnosis sederhananya menurut saya adalah ilmu untuk membuka “celah”
dari pikiran seseorang (agar menjadi mudah untuk dimasukan sugesti atau
perintah) yang kemudian dimasukan sugesti atau perintah untuk tujuan
tertentu, agar perintahnya diikuti (baca: tanpa ditolak). Jadi, pikiran
manusia mempunyai kondisi-kondisi ilmiah tertentu, dan, dapat juga
dikondisikan, agar sebuah saran, perintah atau sugesti menjadi mudah
masuk kedalam pikiran seseorang dan selanjutnya saran tersebut
dipraktekan oleh orang yang dihypnosis. Pada saat kondisi-kondisi
tertentu ini pikiran kritis menjadi kurang atau tidak aktif sama sekali.
Sehingga saran, perintah, ide, atau pemahaman dari penghypnotis bisa
masuk ke pikiran seseorang dan menjadi program, walaupun saran,
perintah, ide atau sugestinya itu sebenarnya aneh sekalipun, apalalagi
saran yang masuk akal.
Jadi,
seorang hypnotis adalah orang yang mahir dalam membuat pikiran kritis
seseorang menjadi kurang atau tidak aktif sama sekali. Sehingga sugesti
atau perintah menjadi mudah untuk di ikuti oleh orang yang dihypnosis.
Untuk
membuat pikiran kritis seseorang menjadi kurang atau tidak aktif ini,
yang selanjutnya menjadi mudah untuk dimasukan perintah, seorang
hypnotis mempunyai teknik. Teknik ini sangat ilmiah. Sangat netral
(maksudnya bisa dipakai untuk kebaikan dan sebaliknya). Tidak ada
kaitannya dengan ilmu ghaib seperti Jin, Jaelangkung, khodam, puasa
mutih, dzikir tertentu, apalagi kaitannya dengan batu akik?
Hehehe..Tidak!
Ada banyak
sekali teknik untuk membuat celah atau membuat pikiran kritis seseorang
menjadi tidak atau kurang aktif. Salah satunya kalau saya melihat dari
kisah klien saya di atas adalah, si hypnotis menggunakan teknik “shock
induction”, atau membuat kaget korbannya. Pada saat seseorang dibuat
kaget, apalagi dibuat kagetnya oleh seseorang yang mempunyai otoritas
tertentu, seperti dalam hal ini adalah oleh wali kelas anaknya dan
dokter, maka pikiran kritis seseorang menjadi kurang atau tidak aktif
untuk beberapa saat. Sehingga pada saat pikiran kritisnya ini tidak
aktif, si oknum hypnotis memasukan sugesti atau perintah untuk
mentransfer uang senilai Rp. 20 juta. Maka perintah tersebut langsung
dilaksanakan oleh korban. Karena dalam kondisi tersebut pikiran
kritisnya sedang tidak aktif. Klien saya dalam kondisi ini tidak bisa
berpikir kritis, alias langsung percaya saja.
Dan,
setelah pikiran kritisnya aktif lagi, maka klien aya mulai berpikir
kritis. “Jangan-jangan saya kena tipu?” Sampai akhirnya klien saya
datang kesekolah untuk membuktikan kejadian yang sebenarnya.
Jadi,
sekali lagi, penghypnotis dalam cerita klien saya di atas, ia
menghypnotis klien saya dengan teknik membuat kaget korbannya dengan
cara memberikan informasi yang membuat korban kaget dan mengaku-ngaku
sebagai orang yang dapat dipercaya, seperti mengaku sebegai wali kelas
anaknya dan juga menjadi dokter bedah. Pada saat kaget inilah pikiran
kritisnya tidak aktif, sehingga mudah untuk ditipu.
Kesimpulannya
Melalui
artikel ini, saya meyakinkan kepada anda bahwa hypnotis ini adalah ilmu
yang ilmiah. Jadi cara untuk mencegahnya pun harus menggunakan
cara-cara yang ilmiah. Caranya? Diantarnya adalah anda harus waspada.
Jangan mudah untuk dikagetkan, oleh siapapun. Apa lagi oleh orang-orang
yang belum kita kenal. Karena pada saat kaget pikiran sadar atau pikiran
kritis, atau logika anda menjadi tidak aktif. Jangan mudah percaya.
Lakukanlah cek terlebih dahulu pada setiap informasi yang anda dapatkan.
Karena bisa jadi anda sedang dihypnotis oleh oknum hypnotis.
Dan menjadi pelajaran berharga juga bagi kita dan
yang membuat saya salut, bahwa klien saya ini setelah mengetahui bahwa
dirinya sudah ditipu, beliau ikhlas. Beliau tidak jengkel. Dan beliau
meyakini bahwa rezeki tidak akan kemana jika memang uang Rp. 20 juta itu
sudah menjadi miliknya. Ini luar biasa! Mental klien saya yang satu ini
memang super kaya. Beliau super yakin bahwa Allah itu maha kaya.
Saya
yakin orang yang berpola pikir seperti klien saya ini termasuk jarang.
Kalau orang lain mungkin bisa insomnia dan malas makan dan malas senyum.
Hehe.. Tetapi klien saya ini super. Saya banyak sekali belajar tentang
mental kaya dari beliau. Makanya ketika saya menghypnobekam beliau,
menterapi hypnobekamnya paling sekitar setengah jam, namun ngobrolnya
bisa sampai 4 jam.
Masih banyak
lagi sebenarnya teknik lain untuk membuat pikiran kritis menjadi tidak
aktif, sehingga menjadi mudah untuk dimasukan perintah, yang mungkin
juga dipakai oleh para oknum hypnotis untuk melakukan penipuan. Namun
disini saya hanya menyampaikan satu teknik saja karena keterbatasan
waktu dsb.
Dan bagi anda yang
ingin lebih dalam lagi memahami seluk beluk tentang hypnotis, baik untuk
mencegah kejahatan hypnotis, untuk hiburan, untuk pengembangan diri,
untuk mendidik anak, atau terapi, anda bisa mengikuti pelatihan hypnotis
privat bersama saya in shaa Allah.
Sebelum
saya akhiri catatan ini, ada sebuah kata-kata bijak yang berkaitan
dengan artikel saya ini yang bisa diambil hikmahnya. Darimana kata-kata
bijak ini sumbernya, saya tidak ingat.
“Anda
sulit mendapatkan ketenangan jika tidak mempunyai rasa kepercayaan.
Namun, anda pun menjadi mudah ditipu jika terlalu mudah percaya.” Jadi,
yang sedang-sedang saja, ya? :)
Semoga bermanfaat.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar